Yayasan Giat Aksi Sejahtera

Logo gas PNG
uang

Hubungan yang Sehat dengan Uang: Mengulas Isu-Isu Keuangan dari Sudut Pandang Psikologis, Bukan Hanya Teknis

Kita sering kali diajarkan bahwa mengelola keuangan adalah permainan angka. Buat anggaran, lacak pengeluaran, investasikan sisa—sebuah formula yang terdengar sederhana dan logis. Namun, jika semudah itu, mengapa begitu banyak orang yang cerdas dan berpendidikan tinggi masih berjuang dengan utang, stres finansial, dan keputusan keuangan yang buruk?

Jawabannya terletak pada fakta bahwa hubungan kita dengan uang jauh lebih dalam dari sekadar spreadsheet dan kalkulator. Hubungan ini bersifat emosional, dibentuk oleh pengalaman masa kecil, keyakinan bawah sadar, dan bias kognitif yang sering kali tidak kita sadari. Untuk membangun kesehatan finansial sejati, kita harus melihat ke dalam—ke psikologi di balik kebiasaan finansial kita.

“Money Scripts”: Naskah Bawah Sadar yang Mengendalikan Kita

Psikolog keuangan Dr. Brad Klontz mempopulerkan istilah “money scripts” atau “naskah uang”—keyakinan bawah sadar tentang uang yang kita kembangkan sejak kecil. Naskah ini kita pelajari dengan mengamati orang tua, mendengar percakapan di sekitar kita, dan menyerap pesan budaya.

Naskah ini umumnya terbagi dalam beberapa kategori:

  1. Penghindaran Uang (Money Avoidance): Orang dengan naskah ini percaya bahwa uang itu jahat, orang kaya itu serakah, dan mereka tidak pantas memiliki banyak uang. Keyakinan ini bisa membuat mereka menyabotase diri sendiri, seperti tidak meminta kenaikan gaji yang layak atau merasa bersalah saat memiliki uang lebih.
  2. Pemujaan Uang (Money Worship): Naskah ini berpusat pada keyakinan bahwa lebih banyak uang akan menyelesaikan semua masalah dan membawa kebahagiaan abadi. Hal ini dapat memicu perilaku kerja berlebihan (workaholism), kecenderungan menimbun, dan kekecewaan konstan karena kebahagiaan yang dicari tidak pernah tercapai.
  3. Status Uang (Money Status): Bagi mereka, kekayaan bersih sama dengan harga diri. Mereka cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan merasa perlu untuk membeli barang-barang mewah terbaru untuk menunjukkan kesuksesan. Ini adalah jalan cepat menuju utang konsumtif dan kecemasan finansial.
  4. Kewaspadaan Uang (Money Vigilance): Meskipun terdengar paling positif, naskah ini bisa menjadi ekstrem. Orang-orang ini sangat waspada, hemat, dan cemas tentang uang. Mereka mungkin enggan membelanjakan uang bahkan untuk kebutuhan atau kesenangan yang wajar karena ketakutan akan masa depan yang tidak pasti.

Langkah pertama untuk memperbaiki hubungan Anda dengan uang adalah mengidentifikasi money script mana yang paling kuat memengaruhi Anda.

Emosi di Balik Setiap Transaksi

Pernahkah Anda membeli sesuatu yang tidak Anda butuhkan setelah mengalami hari yang buruk? Atau mentraktir teman-teman secara royal saat merasa senang? Ini adalah contoh nyata dari emotional spending (pengeluaran emosional).

Uang adalah alat yang sering kita gunakan untuk mengatur emosi kita.

  • Saat Stres atau Sedih: Belanja bisa memberikan dorongan dopamin sesaat, menciptakan ilusi kebahagiaan atau kontrol.
  • Saat Bosan: Scrolling di e-commerce menjadi cara mudah untuk mencari hiburan.
  • Saat Merasa Tidak Aman: Membeli barang bermerek bisa menjadi cara untuk meningkatkan rasa percaya diri.

Masalahnya, kelegaan yang didapat bersifat sementara, tetapi tagihannya nyata dan sering kali menambah stres yang semula ingin dihilangkan.

Bias Kognitif: Jebakan Pikiran yang Menguras Dompet

Otak kita dirancang untuk mengambil jalan pintas dalam berpikir. Sayangnya, jalan pintas ini (bias kognitif) sering kali mengarah pada keputusan keuangan yang tidak rasional.

  • Present Bias (Bias Saat Ini): Kita cenderung lebih menghargai kepuasan kecil saat ini daripada imbalan besar di masa depan. Inilah mengapa lebih mudah membeli secangkir kopi mahal setiap hari daripada menyisihkan uang tersebut untuk dana pensiun.
  • Anchoring Bias (Bias Jangkar): Kita terlalu bergantung pada informasi pertama yang kita terima. Trik “diskon besar” dari harga asli yang dinaikkan adalah contoh sempurna bagaimana pengecer memanfaatkan bias ini. Kita merasa mendapatkan penawaran bagus, padahal harga akhirnya mungkin masih terlalu mahal.
  • Sunk Cost Fallacy (Kekeliruan Biaya Terbenam): Kita enggan melepaskan sesuatu (investasi yang buruk, langganan yang tidak terpakai) karena kita sudah terlanjur mengeluarkan banyak uang untuk itu, meskipun mempertahankannya akan merugikan lebih banyak.

Membangun Hubungan yang Sehat dengan Uang: Langkah Praktis

Memahami psikologi uang adalah langkah awal. Berikut adalah cara untuk menerapkannya:

  1. Lakukan Refleksi Diri: Tanyakan pada diri sendiri: Apa pelajaran pertama tentang uang yang saya ingat? Apa yang orang tua saya ajarkan tentang uang, baik secara verbal maupun melalui tindakan mereka? Jawaban ini akan membantu Anda mengungkap money script Anda.
  2. Praktikkan “Mindful Spending”: Sebelum melakukan pembelian, terutama yang impulsif, beri jeda. Tanyakan: “Mengapa saya membeli ini? Apa yang saya rasakan saat ini? Apakah saya benar-benar membutuhkannya atau saya mencoba mengisi kekosongan emosional?”
  3. Hubungkan Uang dengan Nilai Hidup (Values): Alih-alih menetapkan tujuan seperti “menjadi kaya”, tetapkan tujuan yang terhubung dengan nilai-nilai Anda. Contohnya, “Saya ingin kebebasan finansial agar bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga” atau “Saya ingin menabung untuk perjalanan yang akan memperkaya pengalaman hidup saya.” Ini memberikan “mengapa” yang lebih kuat di balik tujuan keuangan Anda.
  4. Otomatiskan Kebiasaan Baik: Lawan present bias dengan mengatur transfer otomatis ke rekening tabungan atau investasi setiap kali gajian. Dengan begitu, Anda tidak perlu mengandalkan kemauan setiap bulan.
  5. Ubah Narasi Anda: Jika Anda menyadari memiliki naskah uang yang negatif (misalnya, “Saya tidak akan pernah bisa kaya”), mulailah secara sadar menantangnya. Ganti dengan afirmasi yang lebih memberdayakan, seperti “Saya mampu belajar dan membuat keputusan keuangan yang cerdas.”

Kesimpulan

Kesehatan finansial sejati bukanlah tentang memiliki rekening bank yang paling besar. Ini adalah tentang memiliki kedamaian pikiran, kebebasan untuk membuat pilihan hidup tanpa dibatasi oleh uang, dan kemampuan untuk menggunakan uang sebagai alat untuk mencapai kehidupan yang bermakna sesuai dengan nilai-nilai Anda.

Dengan memahami sisi psikologis dari uang, kita beralih dari sekadar menjadi manajer angka menjadi arsitek kehidupan finansial kita yang lebih sadar, lebih sehat, dan pada akhirnya, lebih bahagia.

Artikel Lainnya