Lisan (lidah) adalah anggota tubuh yang kecil, tetapi memiliki kekuatan yang luar biasa. Ia dapat menjadi kunci surga, namun juga dapat menjerumuskan seseorang ke dalam jurang neraka. Dalam Islam, menjaga lisan bukan sekadar etika sosial, melainkan bagian fundamental dari keimanan dan penentu keselamatan seorang Muslim, baik di dunia maupun di akhirat.
Lisan: Cerminan Iman Seseorang
Keutamaan menjaga lisan didasarkan pada sabda Rasulullah SAW yang menempatkannya sebagai salah satu tolok ukur keimanan sejati.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini memberikan panduan yang sangat jelas: jika kata-kata yang akan keluar tidak mendatangkan kebaikan, lebih baik memilih diam. Ini menunjukkan bahwa iman seseorang tercermin dari kualitas ucapannya. Lisan adalah cerminan hati; apa yang diucapkan adalah hasil dari apa yang tersembunyi di dalam jiwa.
Bahaya Lisan yang Tidak Terkendali
Lisan yang tidak dijaga dapat menimbulkan berbagai penyakit hati dan merusak hubungan sosial. Beberapa bahaya lisan yang paling umum dan harus dihindari meliputi:
- Ghibah (Menggunjing): Ghibah adalah membicarakan keburukan atau aib orang lain di belakangnya, meskipun hal itu benar adanya. Ghibah diibaratkan seperti memakan daging bangkai saudara sendiri, dosa yang sangat keji di mata Allah SWT.
- Namimah (Mengadu Domba): Namimah adalah perbuatan menyebarkan perkataan untuk merusak hubungan antara dua orang atau lebih. Ini adalah penyebab utama perpecahan dan fitnah dalam masyarakat.
- Bohong (Kadzib): Berbohong adalah sumber segala kejahatan. Kebohongan yang kecil dapat menjerumuskan seseorang pada kebohongan yang lebih besar, dan akhirnya menjauhkan dari kebenaran.
- Sumpah Palsu: Menggunakan nama Allah untuk meyakinkan sesuatu yang tidak benar. Ini adalah dosa besar yang merusak integritas dan kepercayaan.
- Perkataan Kotor dan Mencaci: Mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas, laknat, atau caci maki. Perbuatan ini melanggar etika Islam dan menunjukkan buruknya akhlak.
Keutamaan dan Manfaat Menjaga Lisan
Menjaga lisan membawa banyak manfaat, baik di dunia maupun di akhirat:
- Kunci Keselamatan (Najat): Ketika Sufyan bin Abdullah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, apa yang paling engkau khawatirkan dariku?” Beliau memegang lidahnya seraya bersabda, “Ini!” Lisan seringkali menjadi penyebab utama tergelincirnya seseorang ke dalam dosa. Menjaga lisan adalah kunci utama keselamatan dari api neraka.
- Mendatangkan Ketenangan Hati: Orang yang menjaga lisannya cenderung memiliki hati yang lebih tenang. Ia terhindar dari rasa bersalah akibat menyakiti orang lain atau menyebarkan keburukan.
- Memelihara Silaturahmi: Kebanyakan perselisihan dan permusuhan bermula dari salah ucap. Dengan menjaga lisan, kita dapat mempererat tali persaudaraan dan menciptakan lingkungan yang harmonis.
- Menambah Derajat di Sisi Allah: Lisan yang digunakan untuk berzikir, membaca Al-Qur’an, dan mengucapkan kata-kata yang baik akan mengangkat derajat seorang hamba di sisi Allah SWT.
Tips Praktis Menjaga Lisan
Untuk melatih diri agar selalu berkata baik atau diam, kita dapat menerapkan langkah-langkah berikut:
- Pikirkan Sebelum Bicara: Terapkan prinsip “saring sebelum sharing.” Tanyakan pada diri sendiri, apakah perkataan ini benar? Apakah bermanfaat? Apakah akan menyakiti?
- Perbanyak Zikir: Basahi lisan dengan zikir, istighfar, dan shalawat. Lisan yang terbiasa menyebut nama Allah akan sulit digunakan untuk keburukan.
- Hindari Tempat Ghibah: Jauhi majelis atau perkumpulan yang didominasi oleh perbincangan negatif tentang orang lain.
- Latihan Diam: Cobalah sesekali untuk melatih diri berdiam diri, kecuali untuk mengucapkan hal yang wajib atau penting.
Menjaga lisan adalah salah satu bentuk jihad terbesar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan komitmen untuk hanya mengucapkan kebaikan atau memilih diam, kita telah mengamalkan ajaran Nabi dan menempuh jalan menuju keselamatan yang hakiki.