Komunitas muslim yang kuat bukanlah sekadar kumpulan individu yang beribadah di tempat yang sama, melainkan sebuah tubuh yang saling merasakan, menopang, dan menguatkan. Fondasi yang menyatukan tubuh ini adalah Ukhuwah Islamiyah, atau Persaudaraan Islam. Ukhuwah bukan hanya konsep romantis, tetapi sebuah perintah ilahi yang menjadi kunci keberkahan, kekuatan, dan kesuksesan umat.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)
Ayat ini menegaskan bahwa persaudaraan adalah hakikat keimanan. Tanpa ukhuwah yang kuat, keimanan seseorang tidak akan terasa lengkap, dan komunitas akan mudah tercerai-berai.
Pilar-Pilar Ukhuwah yang Kokoh
Membangun komunitas yang solid memerlukan upaya aktif, bukan hanya sekadar pertemuan. Ada beberapa pilar utama yang harus dijaga untuk menguatkan Ukhuwah Islamiyah:
1. Saling Mencintai Karena Allah (Hubb Fillah)
Cinta yang mendasari ukhuwah harus murni karena Allah, bukan karena kepentingan duniawi, kekayaan, atau jabatan. Ketika kita mencintai saudara kita karena ia adalah hamba Allah yang taat, cinta itu menjadi ibadah.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Tali keimanan yang paling kuat adalah kecintaan karena Allah dan kebencian karena Allah.” (HR. At-Tirmidzi)
Cinta ini diwujudkan dengan mendoakan kebaikan, memberikan hadiah, dan menunjukkan wajah ceria saat bertemu.
2. Saling Menolong dan Merasakan (Tadhamun)
Komunitas muslim diibaratkan satu tubuh. Jika salah satu anggota sakit, yang lain turut merasakannya. Solidaritas ini diwujudkan melalui:
- Tolong-Menolong dalam Kebaikan: Memberikan dukungan moral dan materi saat saudara mengalami musibah, kesulitan ekonomi, atau sakit.
- Saling Menasihati: Memberikan nasihat yang baik secara rahasia ketika melihat kesalahan, dengan cara yang santun dan penuh kasih sayang, bukan dengan mempermalukan.
3. Menghindari Penyakit Sosial (Jauhi Ghibah dan Su’udzon)
Banyak komunitas yang hancur bukan karena serangan eksternal, melainkan karena penyakit internal, seperti Ghibah (menggunjing) dan Su’udzon (berprasangka buruk).
Allah SWT secara keras melarang ghibah, bahkan mengumpamakannya dengan memakan daging saudara sendiri yang sudah mati (QS. Al-Hujurat: 12). Menjaga lisan dari membicarakan aib saudara adalah tanda ukhuwah yang sejati. Begitu pula dengan berprasangka buruk; kita harus selalu mencari alasan terbaik atas tindakan saudara kita.
4. Mendamaikan yang Berselisih (Ishlah)
Konflik dan perselisihan adalah hal yang wajar dalam sebuah komunitas manusia. Namun, kewajiban seorang mukmin adalah segera berupaya mendamaikan.
Sebagaimana firman dalam QS. Al-Hujurat: 10, upaya Ishlah (mendamaikan) adalah bagian tak terpisahkan dari ukhuwah. Seorang muslim tidak boleh membiarkan perselisihan berlarut-larut, apalagi memihak tanpa berusaha menyatukan kembali.
Manfaat Ukhuwah yang Solid
Komunitas yang memegang teguh Ukhuwah Islamiyah akan meraih manfaat luar biasa, di dunia maupun di akhirat:
- Kekuatan dan Martabat Umat: Umat yang bersatu tidak mudah dipecah belah dan memiliki kekuatan tawar yang tinggi.
- Keberkahan Rezeki: Saling tolong-menolong akan melancarkan rezeki dan mengangkat derajat sosial bersama.
- Naungan di Hari Kiamat: Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa salah satu dari tujuh golongan yang mendapat naungan Allah di Hari Kiamat adalah “dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Penutup
Mari kita renungkan, sudahkah kita menjadi bagian dari komunitas yang solid, atau kita masih sibuk dengan kepentingan pribadi? Ukhuwah Islamiyah adalah fondasi yang harus terus kita sirami dengan cinta, toleransi, dan saling menasihati.
Membangun komunitas muslim yang solid adalah investasi jangka panjang untuk dunia yang lebih baik dan jaminan kebahagiaan abadi di sisi Allah. Mulailah hari ini, dengan senyuman dan sapaan tulus kepada saudara muslim terdekat Anda.


