Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Bagi setiap sesuatu ada kuncinya, dan kunci surga ialah mencintai orang-orang miskin dan orang-orang fakir.” (HR. Ibnu La-al dari Ibnu Umar r.a.).
Diantaranya perkara yang dicela serta dilarang ialah : merendahkan taraf orang miskin karena kemiskinannya, atau menghinanya. Sedangkan kemiskinan adalah syi’ar para Nabi dan sifat para hamba Allah yang terpilih. Termasuk dicela dan dilarang ialah menyombongkan diri atas kaum fakir miskin, menghina mereka, tidak memperhatikan urusan mereka, dan mengutamakan orang kaya melebihi mereka disebabkan materinya. Semua itu merupakan perbuatan yang terlarang, maka jagalah diri kita daripadanya.
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk berlaku baik dan mencintai orang-orang yang fakir miskin. Sebab, mereka memiliki kedudukan mulia di sisi Allah SWT pada hari Kiamat.
Dalam satu hadis disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Perbanyaklah kenalan orang-orang fakir miskin dan berbudi baiklah kepada mereka karena mereka kelak akan mendapat kekuasaan.” Sahabat bertanya: “Apakah kekuasaan mereka, ya Rasulullah?” Nabi menjawab: “Bila tiba hari kiamat maka dikatakan kepada mereka: ‘Perhatikan siapa yang dulu pernah memberimu makanan atau minuman seteguk atau pakaian sehelai baju, maka peganglah tangannya dan tuntunlah ke surga“.
Jika hendak menghormati seseorang, hormatilah menurut kadar penghormatan terhadap Allah dan Rasul-Nya dengan mendirikan segala kewajiban agama, dan mengenal segala hak dan batasan Allah dan Rasul-Nya, tanpa memandang apakah ia dari golongan kaya ataupun miskin. Apabila antara orang kaya dengan orang miskin terdapat persamaan dalam urusan agama, maka hendaklah orang miskin dilebihkan karena kemiskinannya, kerapuhan hatinya dan karena kurangnya perhatian orang banyak terhadapnya.
Allah subhanahu Wa taala telah berfirman, “Dan tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu?, (Yaitu) melepaskan perbudakan (hamba sahaya), atau memberi makan pada hari terjadi kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir. Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman, dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.” (QS. Al-Balad, 90:12-17)
Kunci surga itu ialah cinta kepada kaum fakir miskin. Dikatakan demikian karena kebanyakan orang yang masuk surga itu terdiri atas kalangan mereka.
Ulama besar fiqih dan ilmu tafsir, Imam Abu Laits As-Samarqandi (wafat 373 H) dalam kitabnya Tanbihul Ghafilin menyebutkan lima kemuliaan yang dimiliki orang fakir miskin, yaitu:
1. Pahala amalnya lebih dari pahala amal orang-orang kaya dalam shalat, sedekah dan lain-lainnya.
2. Jika ingin sesuatu dan tidak tecapai, maka dicatat baginya pahala.
3. Mereka lebih dahulu masuk surga disbanding orang kaya.
4. Hisab mereka di Akhirat lebih ringan daripada orang kaya.
5. Penyesalan mereka sangat sedikit sebab orang-orang kaya ingin seperti orang fakir di akhirat. Sedangkan orang fakir tidak ingin seperti orang kaya.
Demikian tentang mengapa kita harus mencintai fakir miskin. Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Tiap umat ada fitnah (ujiannya) sendiri, dan ujian umatku adalah harta kekayaan.”
Sahabat, oleh karena itu barangsiapa berharap dikumpulkan bersama Rasulullah SAW kelak di akhirat, hendaklah mencintai orang-orang miskin dan mau berinteraksi dengan mereka. Untuk maksud ini memang diperlukan sikap rendah hati atau tawadhu’ sebagaimana dicontohkan beliau. Anggapan tidak selevel dengan mereka harus dibuang jauh-jauh sebab hal ini merupakan kesombongan dan sudah pasti menjadi hambatan untuk berinteraksi dengan mereka.
Baca artikel menarik lainnya yayasan Giat Aksi Sejahtera https://gas.or.id/newsartikel/