Seringkali, shalat dianggap sebagai kewajiban ritual belaka—sekadar gerakan membungkuk, bersujud, dan membaca doa dalam waktu lima kali sehari. Namun, Allah SWT telah menetapkan tujuan utama shalat yang jauh melampaui gerakan fisik. Inti dari shalat diringkas dalam satu ayat yang tegas:
“Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-‘Ankabut: 45)
Ayat ini adalah janji sekaligus tantangan. Shalat yang benar bukan hanya membawa pahala, tetapi berfungsi sebagai Filter Moral Otomatis dalam kehidupan seorang Muslim.
Memahami Makna “Keji” dan “Mungkar”
Untuk memahami fungsi pencegahan shalat, kita harus mengerti apa yang dimaksud dengan Fahsya’ (Keji) dan Munkar (Mungkar):
- Fahsya’ (Keji): Merujuk pada dosa-dosa yang terkait dengan syahwat dan nafsu yang melampaui batas, seperti perzinaan, pornografi, ujaran kotor, dan segala bentuk perilaku yang vulgar dan memalukan.
- Munkar (Mungkar): Merujuk pada dosa-dosa yang terkait dengan kezaliman, penyimpangan sosial, dan tindakan yang ditolak oleh akal sehat dan syariat, seperti mencuri, korupsi, ghibah (gosip), menipu, atau membuat onar.
Shalat yang sempurna harus mampu menjadi benteng yang melindungi seorang Muslim dari kedua jenis kerusakan moral dan sosial ini.
Bagaimana Shalat Mencegah Keji dan Mungkar?
Mekanisme pencegahan shalat bekerja melalui dua dimensi utama:
1. Dimensi Spiritual (Internal: Ihsan dan Taqwa)
Shalat yang khusyuk—yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan kehadiran hati—akan menanamkan rasa Ihsan (merasa diawasi oleh Allah) dalam diri pelakunya.
- Kesadaran Berkelanjutan: Shalat lima waktu adalah alarm pengingat teratur. Setiap kali seorang Muslim hendak melakukan keburukan (misalnya, menipu dalam bisnis), alarm shalat berikutnya akan segera berbunyi: “Tidakkah kamu malu berdiri di hadapan Allah dalam beberapa jam lagi setelah melakukan keburukan ini?”
- Pengisian Baterai Iman: Shalat adalah pengisian ulang energi spiritual. Dalam sujud dan munajat, seorang hamba mendapat kekuatan batin untuk menolak godaan nafsu dan setan.
2. Dimensi Sosial (Eksternal: Disiplin Waktu dan Komitmen)
Shalat berjamaah, khususnya, menciptakan disiplin eksternal yang melatih karakter:
- Disiplin Waktu: Kewajiban shalat melatih seorang Muslim untuk mengatur waktu dan menghargai janji (yaitu janji bertemu Tuhan). Sifat disiplin ini secara otomatis menjauhkan seseorang dari kebiasaan buruk yang biasanya lahir dari kekosongan dan kekacauan waktu.
- Jejaring Sosial Sehat: Hadir di masjid lima kali sehari mengikat seseorang pada komunitas yang sehat, secara tidak langsung menciptakan tekanan positif (positive peer pressure) yang meminimalisir peluang untuk berbuat maksiat atau mungkar.
Tantangan: Mengapa Banyak Orang Shalat Tapi Masih Berbuat Dosa?
Jika shalat adalah pencegah keji dan mungkar, mengapa banyak Muslim yang tetap melakukan korupsi, bergosip, atau berbuat zalim?
Jawabannya terletak pada Kualitas Shalat.
Shalat yang tidak berfungsi sebagai filter moral adalah shalat yang dilakukan hanya sebatas menggugurkan kewajiban (shalat zahir). Shalat seperti itu tidak memenuhi rukun batin (khusyuk, tadabbur, dan keikhlasan).
Shalat yang diterima dan berfungsi adalah shalat yang:
- Dikerjakan dengan Tuma’ninah (tenang dan tidak tergesa-gesa).
- Dikerjakan dengan Khushu’ (kehadiran hati).
- Membuat seseorang merasa damai dan membawa rasa syukur setelah salam.
Ketika shalat hanya menjadi rutinitas cepat, ia tidak meninggalkan bekas di hati dan pikiran. Akibatnya, hubungan dengan Allah terputus segera setelah salam, dan Filter Moral pun mati.
Kesimpulan: Menjadikan Shalat Sebagai Standard Operating Procedure
Shalat yang hakiki adalah latihan untuk hidup di bawah hukum Allah 24 jam sehari. Ia adalah Standard Operating Procedure (SOP) moral yang harus dipertahankan.
Jika shalat Anda sudah terbiasa mencegah Anda mengambil hak orang lain, menghindari dusta, atau meninggalkan hal-hal keji di tempat kerja, maka shalat Anda telah berhasil memenuhi misi utamanya.


