Dalam dinamika kehidupan, setiap manusia dihadapkan pada dua pilihan: berjuang atau berpasrah. Bagi seorang Muslim, kedua pilihan ini disatukan dalam sebuah konsep keseimbangan spiritual yang indah: Ikhtiar dan Tawakal. Keduanya adalah dua sayap yang harus dikepakkan secara bersamaan agar seseorang dapat terbang menuju puncak keberhasilan dan ketenangan jiwa.
Namun, seringkali terjadi salah pemahaman. Ada yang menganggap Islam mengajarkan pasrah total tanpa usaha (tawakal buta), dan ada pula yang berusaha mati-matian tanpa melibatkan Tuhan (ikhtiar sombong). Mari kita luruskan makna hakiki dari kedua konsep fundamental ini.
1. Ikhtiar: Kewajiban Menggunakan Akal dan Tenaga
Secara bahasa, Ikhtiar berasal dari kata khair yang berarti baik. Ikhtiar adalah sebuah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan seorang hamba untuk mencapai tujuan atau memecahkan masalah dengan menempuh jalan yang benar, ilmiah, dan sesuai syariat.
Ikhtiar adalah bentuk ketundukan kita pada hukum sebab-akibat yang telah Allah tetapkan di alam semesta. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap perubahan dan keberhasilan harus diawali dari aksi dan upaya manusia itu sendiri. Islam menolak keras kemalasan. Seorang Muslim yang mendambakan rezeki tetapi hanya berdiam diri di rumah tanpa bekerja, atau seorang pelajar yang ingin lulus tanpa belajar, adalah orang yang meninggalkan kewajiban ikhtiar.
Ikhtiar mencakup:
- Perencanaan Matang: Menentukan langkah dan strategi yang logis.
- Kerja Keras: Mencurahkan waktu, tenaga, dan pikiran secara maksimal.
- Memanfaatkan Ilmu: Menggunakan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki.
Contoh Ikhtiar Terbaik:
Kisah Rasulullah SAW dan seekor unta. Ketika seorang Badui bertanya apakah ia harus mengikat untanya lalu bertawakal, ataukah melepaskannya saja lalu bertawakal? Rasulullah SAW menjawab: “Ikatlah untamu, kemudian bertawakallah.” (HR. At-Tirmidzi)
Hadis ini adalah pondasi utama: Ikhtiar (mengikat unta) harus didahulukan sebelum Tawakal (menyerahkan hasilnya kepada Allah).
2. Tawakal: Puncak Keyakinan dan Ketenangan Hati
Setelah semua upaya (ikhtiar) dikerahkan secara maksimal, di sinilah peran Tawakal dimulai. Tawakal adalah sikap bersandar dan mempercayakan diri sepenuhnya kepada Allah SWT atas segala hasil yang akan terjadi.
Tawakal bukanlah sikap pasrah, melainkan kondisi spiritual di mana hati terbebas dari kecemasan dan keterikatan pada hasil duniawi. Orang yang bertawakal yakin bahwa:
- Hasil adalah Hak Prerogatif Allah: Apapun hasilnya, baik sukses atau gagal, itu adalah ketetapan terbaik dari Sang Pencipta.
- Rezeki Sudah Ditakar: Allah telah menetapkan takaran rezeki, dan Dia-lah sebaik-baik Pemberi rezeki.
- Setiap Usaha Dicatat: Tidak ada usaha yang sia-sia di sisi Allah; setiap kerja keras dicatat sebagai ibadah.
Allah SWT berfirman:
“Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)
Inilah buah dari tawakal: Kecukupan dan Ketenangan Hati. Seorang yang bertawakal tidak akan stres berlebihan jika gagal, dan tidak akan sombong jika berhasil, karena ia menyadari bahwa kendali akhir ada di tangan Allah.
Menjaga Keseimbangan: Dua Sayap yang Saling Melengkapi
Kunci dari kehidupan Muslim yang seimbang dan sukses terletak pada integrasi sempurna antara Ikhtiar dan Tawakal.
| Jika Anda Hanya… | Maka Anda… |
| Ikhtiar Tanpa Tawakal | Menjadi sombong, mudah stres dan putus asa ketika gagal, karena merasa semua hasil hanya bergantung pada kekuatan dirinya. |
| Tawakal Tanpa Ikhtiar | Menjadi pemalas, pasrah buta, dan tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal, karena menentang hukum sebab-akibat. |
| Ikhtiar Maksimal + Tawakal Penuh | Bergerak dengan motivasi yang kuat, bekerja keras dengan optimal, dan tetap tenang menghadapi tantangan, karena yakin bahwa hasil akhirnya telah dijamin yang terbaik oleh Allah. |
Kesimpulan
Menjalani hidup dengan semangat Ikhtiar dan Tawakal berarti kita menjalani peran sebagai hamba yang bertanggung jawab. Kita bertindak sebagai subjek yang berjuang dan berusaha, sekaligus sebagai hamba yang berserah diri dan meyakini Kekuasaan Tuhan.
Lakukan bagian Anda, yaitu berusaha sekuat tenaga. Setelah itu, serahkan sisa urusan kepada Allah. Dengan demikian, Anda tidak hanya meraih kemungkinan keberhasilan duniawi, tetapi juga mencapai kekayaan hati yang hakiki: Ketenangan dan keikhlasan.


