Bagi setiap Muslim yang pernah menginjakkan kaki di Tanah Suci, air Zamzam bukanlah sekadar minuman pelepas dahaga, melainkan simbol keimanan, saksi bisu sejarah agung para Nabi, dan mukjizat yang tak pernah kering. Sumur yang terletak di sebelah tenggara Ka’bah ini menyimpan kedalaman spiritual dan keutamaan yang luar biasa dalam Islam.
Saksi Bisu Kisah Siti Hajar dan Nabi Ismail A.S.
Kisah kemunculan air Zamzam adalah salah satu drama spiritual paling mengharukan yang menjadi dasar salah satu rukun haji dan umrah (Sa’i).
Kala itu, Nabi Ibrahim A.S. melaksanakan perintah Allah SWT untuk menempatkan istrinya, Siti Hajar, dan putranya yang masih bayi, Nabi Ismail A.S., di lembah Mekah yang tandus, tanpa bekal memadai.
Ketika perbekalan habis dan bayi Ismail kehausan, Siti Hajar berlari bolak-balik antara bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali, mencari pertolongan atau setetes air. Ia melihat bayangan fatamorgana, tetapi tiada hasil.
Dalam keputusasaan dan kelelahan, ia kembali ke tempat Ismail. Di sanalah, mukjizat terjadi: Malaikat Jibril A.S. menghentakkan sayapnya (atau tumit Ismail, menurut riwayat lain) ke tanah, dan tiba-tiba, air memancar deras.
Siti Hajar segera membendung air sambil berucap, “Zam! Zam!” yang berarti “Berkumpullah!” atau “Berhentilah!”. Dari sinilah nama Zamzam berasal. Kehadiran air ini kemudian menarik suku-suku untuk bermukim, menjadikan Mekah yang tadinya gurun sunyi, kini menjadi pusat peradaban dan ibadah.
Keutamaan Spiritual: Raja Air di Muka Bumi
Air Zamzam memiliki kedudukan istimewa yang ditegaskan langsung dalam banyak hadis Nabi Muhammad ﷺ:
1. Air Terbaik dan Penuh Berkah
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik air di muka bumi adalah air Zamzam. Di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar penyakit.” (HR. Ath-Thabrani)
Hadis ini menempatkan Zamzam di puncak hierarki air, bukan hanya karena komposisi fisiknya, tetapi karena keberkahan ilahiah yang melekat padanya.
2. Makanan dan Obat (Syifā’)
Zamzam bukan hanya penghilang dahaga. Diriwayatkan bahwa sahabat Abu Dzar Al-Ghifari pernah bertahan hidup selama 30 hari tanpa makanan selain air Zamzam.
Keunggulannya sebagai obat (syifā’) juga telah diyakini turun-temurun. Banyak Muslim yang meminumnya dengan niat kesembuhan dari berbagai penyakit, dan dengan izin Allah, mereka mendapatkannya.
3. Tergantung Niat Peminumnya (Limā Syuriba Lahu)
Inilah keutamaan yang paling menakjubkan dan populer:
“Air Zamzam itu sesuai dengan niat peminumnya.” (HR. Ibnu Majah)
Jika Anda meminumnya dengan niat agar mudah menghafal Al-Qur’an, semoga Allah memudahkannya. Jika Anda meminumnya dengan niat sembuh dari penyakit, semoga Allah menyembuhkannya. Hal ini menunjukkan bahwa meminum Zamzam adalah tindakan ibadah yang harus disertai tawakal (bergantung penuh) kepada Allah dan niat yang lurus.
Adab Minum Air Zamzam Sesuai Sunnah
Untuk memaksimalkan manfaat spiritual air Zamzam, dianjurkan untuk mengikuti adab-adab yang dicontohkan atau dianjurkan:
- Mengucap Basmalah: Selalu memulai dengan menyebut nama Allah.
- Menghadap Kiblat: Disunnahkan menghadap ke arah Ka’bah (jika memungkinkan) sebagai bentuk penghormatan.
- Minum Sambil Berdiri: Ini adalah satu pengecualian dari adab minum air biasa. Terdapat riwayat yang menunjukkan Rasulullah ﷺ minum Zamzam sambil berdiri.
- Minum Tiga Tegukan: Minumlah secara perlahan dengan tiga kali napas, bernapas di luar wadah minum.
- Minum Sampai Kenyang (Tatshallū): Dianjurkan untuk meminumnya hingga perut terasa penuh (kenyang/puas) sebagai tanda memuliakan air tersebut.
- Memanjatkan Doa: Ucapkan niat atau hajat Anda dengan tulus kepada Allah SWT saat air berada di mulut atau sebelum meneguknya.
- Mengucap Hamdalah: Mengakhirinya dengan mengucapkan “Alhamdulillah.”
Doa Ringkas yang Populer:
$$\text{Allāhumma innī as’aluka ‘ilman nāfi’ā, wa rizqan wāsi’ā, wa shifā’an min kulli dā’.}$$
(“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang luas, dan kesembuhan dari segala penyakit.”)
Air Zamzam adalah pengingat bahwa mukjizat dan berkah Allah dapat muncul bahkan di tempat yang paling kering dan tidak terduga. Ia mengajarkan kita tentang pentingnya keyakinan total, seperti keyakinan Siti Hajar di lembah sunyi, bahwa di balik kesulitan pasti ada jalan keluar dan air kehidupan dari-Nya.
