Tanah adalah salah satu elemen alam yang paling vital, tempat kehidupan bernaung, dan sumber utama pangan manusia. Dalam Islam, tanah dipandang bukan sekadar komoditas ekonomi, melainkan sebagai anugerah dan amanat dari Allah SWT yang harus dimanfaatkan dan dirawat dengan penuh tanggung jawab.
Konsep Pertanian Berkah dalam Islam melampaui sekadar menanam dan memanen. Ia adalah aktivitas holistik yang menggabungkan prinsip-prinsip ekologi, etika sosial, dan spiritualitas, memastikan bahwa bumi tetap produktif dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
1. Tanah sebagai Amanat dan Kehidupan (Ihyā’ al-Mawāt)
Islam sangat mendorong pemanfaatan tanah yang tidak produktif dan menghidupkannya menjadi sumber kehidupan:
“Barang siapa menghidupkan tanah mati, maka tanah itu menjadi miliknya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Hadis ini adalah insentif besar bagi umat Islam untuk melakukan:
- Pembukaan Lahan Produktif: Mengubah lahan tidur menjadi area pertanian atau perkebunan yang bermanfaat.
- Revegetasi dan Penghijauan: Menanam pohon di lahan gersang atau area yang terdeforestasi untuk mengembalikan kesuburan dan keseimbangan ekologis.
- Pertanian Kota (Urban Farming): Mengoptimalkan lahan terbatas di perkotaan untuk menanam sayuran atau buah-buahan, berkontribusi pada ketahanan pangan lokal.
Prinsip Ihyā’ al-Mawāt ini menunjukkan bahwa membiarkan tanah tidak produktif padahal memiliki potensi untuk menopang kehidupan adalah suatu kerugian, baik bagi individu maupun masyarakat.
2. Etika Pertanian yang Berkah: Menjaga Keseimbangan (Mīzān)
Pertanian berkah adalah pertanian yang menjaga keseimbangan alam dan menghindari kerusakan (Fasād):
A. Menghindari Penggunaan Kimia Berlebihan
Penggunaan pupuk kimia dan pestisida secara berlebihan dapat merusak struktur tanah, membunuh mikroorganisme yang bermanfaat, dan mencemari air. Islam mendorong pertanian yang menjaga kesuburan alami tanah.
- Alternatif: Mendorong penggunaan pupuk organik (kompos) dan metode pengendalian hama alami.
B. Pelestarian Sumber Daya Air
Irigasi yang efisien dan bijaksana adalah bagian dari pertanian berkah. Membuang-buang air untuk pertanian, terutama di daerah yang kekurangan air, adalah bentuk Isrāf (pemborosan) yang dilarang.
C. Rotasi Tanaman dan Pola Tanam Berkelanjutan
Praktik pertanian modern yang berfokus pada monokultur (hanya menanam satu jenis tanaman) dapat menguras nutrisi tanah dan membuatnya rentan terhadap hama. Islam secara implisit mendukung rotasi tanaman dan keanekaragaman tanaman untuk menjaga kesuburan dan kesehatan tanah.
D. Hak Hewan Ternak dan Satwa Liar
Jika pertanian melibatkan peternakan, hewan harus diperlakukan dengan baik (Ihsān). Memberikan pakan yang cukup, tidak membebani berlebihan, dan menyediakan lingkungan yang layak adalah bagian dari etika ini. Selain itu, pertanian tidak boleh merusak habitat satwa liar tanpa pertimbangan serius.
3. Peran Petani dan Penyuplai Pangan dalam Islam
Petani memiliki kedudukan mulia dalam Islam. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidaklah seorang Muslim menanam tanaman, lalu tanaman itu dimakan oleh manusia, binatang ternak, atau burung, melainkan itu adalah sedekah baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini menegaskan bahwa setiap hasil pertanian adalah potensi sedekah yang pahalanya terus mengalir. Petani, dengan demikian, adalah penyedia rezeki dan pelestari kehidupan.
Menghargai Hasil Bumi dan Menghindari Food Waste
Pertanian berkah tidak hanya berhenti pada proses tanam-menanam, tetapi juga hingga konsumsi. Islam sangat melarang pemborosan makanan (food waste). Setiap hasil bumi, dari petani hingga konsumen, harus dihargai dan tidak disia-siakan, karena di dalamnya terkandung jerih payah petani dan keberkahan dari Allah.
Kesimpulan: Bertani Adalah Ketaatan
Pemanfaatan tanah dan pertanian dalam Islam adalah manifestasi dari ketaatan kepada Allah SWT. Ini adalah bentuk ibadah yang mengintegrasikan aspek spiritual, ekologis, dan sosial. Dengan merawat tanah, kita tidak hanya menjamin keberlangsungan pangan dan ekosistem, tetapi juga menunaikan amanat sebagai khalifah di bumi, menuai berkah di dunia, dan pahala yang abadi di akhirat.
Mari kita kembalikan semangat pertanian yang berkah, menghargai setiap butir tanah dan setiap hasil tanaman.


